Saturday, September 30, 2017

Bendera Setengah Tiang Mengenang Peristiwa G30S/PKI

Bendera Setengah Tiang

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Bendera Setengah Tiang Mengenang Peristiwa G30S/PKI" penasaran, yuk kita baca !

Bendera setengah tiang adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kegiatan pengibaran bendera yang di kibarkan di tengah-tengah tiang. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, berkabung, atau kemalangan.

Tradisi mengibarkan bendera setengah tiang sudah dimulai pada abad ke-17. Tindakan ini dipercaya bisa membuat "bendera kematian yang tak terlihat". Misalnya di Indonesia, yaitu waktu tanggal 30 september yang mengenang peristiwa G30S/PKI.

Ketika akan mengibarkan bendera setengah tiang, bendera tersebut harus digerek hingga mendekati finial (puncak tiang) untuk beberapa saat, kemudian baru diturunkan menjadi setengah tiang, begitu juga ketika hendak diturunkan, bendera tersebut harus dinaikkan mendekati finial, dan kemudian baru diturunkan sepenuhnya.

Bendera Setengah Tiang Mengenang Peristiwa G30S/PKI
Ilustrasi Bendera Setengah Tiang Mengenang Peristiwa G30S/PKI

Peristiwa G30S/PKI

Peristiwa G30S/PKI atau biasa disebut dengan Gerakan 30 September merupakan salah satu peristiwa pemberontakan komunis yang terjadi pada bulan september sesudah beberapa tahun Indonesia merdeka. Peristiwa G 30 S PKI terjadi di malam hari tepatnya pada tanggal 30 September tahun 1965 sampai di awal 1 Oktober 1965. Dalam sebuah kudeta, setidaknya ada 7 perwira tinggi militer yang terbunuh dalam peristiwa tersebut.

Partai Komunis saat itu sedang dalam kondisi yang amat kuat karena mendapatkan sokongan dari Presiden Indonesia Pertama, Ir. H Soekarno. Tidak heran jika usaha yang dilakukan oleh segelintir masyarakat demi menjatuhkan Partai Komunis berakhir dengan kegagalan berkat bantuan Presiden kala itu.

Hingga sampai saat ini, peristiwa G30s/PKI tetap menjadi perdebatan antara benar atau tidaknya Partai Komunis Indonesia yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut.

Sebelum peristiwa G30S PKI terjadi, Partai Komunis Indonesia sempat tercatat sebagai partai Komunis terbesar di dunia. Hal ini  didukung dengan adanya sejumlah partai komunis yang telah tersebar di Uni Soviet dan Tiongkok.

Semenjak dilakukannya audit  pada tahun 1965, setidaknya ada 3,5 juta pengguna aktif yang bernaung menjalankan program dalam partai ini. Itu pun belum termasuk dengan 3 juta jiwa yang menjadi kader dalam anggota pergerakan pemuda komunis.

Di sisi lain, PKI juga memiliki hak kontrol secara penuh terhadap pergerakan buruh, kurang lebih ada 3,5 juta orang telah ada di bawah pengaruhnya. Belum sampai disitu, masih ada 9 juta anggota lagi yang terdiri dari gerakan petani dan beberapa gerakan lain. Misal pergerakan wanita, pergerakan sarjana dan beberapa organisasi penulis yang apabila dijumlahkan bisa mencapai angka 20 juta anggota beserta para pendukungnya.

Masyarakat curiga dengan adanya pernyataan isu bahwa PKI adalah dalang dibalik terjadinya peristiwa G30s/PKI yang bermula dari kejadian di bulan Juli 1959, yang mana pada saat itu parlemen telah dibubarkan. Sementara Presiden Soekarno justru menetapkan bahwa konstitusi harus berada di bawah naungan dekrit presiden.

PKI berdiri dibelakang dukungan penuh dekrit presiden Soekarno. Sistem Demokrasi Terpimpin yang diusung oleh Soekarno telah disambut dengan antusias oleh PKI.   Karena dengan adanya sistem ini, diyakini PKI mampu menciptakan suatu persekutuan konsepsi yang Nasionalis, Agamis dan Komunis dengan singkatan NASAKOM.

Cerita Singkat Peristiwa G30S PKI

Peristiwa G30S PKI bermula pada tanggal 1 Oktober. Dimulai dengan kasus penculikan 7 jendral yang terdiri dari anggota staff tentara oleh sekelompok pasukan yang bergerak dari Lapangan Udara menuju Jakarta daerah selatan. Tiga dari tujuh jenderal tersebut diantaranya telah dibunuh di rumah mereka masing-masing, yakni Ahmad Yani, M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan.

Sementara itu ketiga target lainya yaitu Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo ditangkap secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi target utama kelompok pasukan tersebut berhasil kabur setelah berusaha melompati dinding batas kedubes Irak.

Meskipun begitu, Pierre Tendean beserta anak gadisnya, Ade Irma S. Nasution pun tewas setelah ditangkap dan ditembak pada 6 Oktober oleh regu sergap. Korban tewas semakin bertambah disaat regu penculik menembak serta membunuh seorang polisi penjaga rumah tetangga Nasution. Abert Naiborhu menjadi korban terakhir dalam kejadian ini. Tak sedikit mayat jenderal yang dibunuh lalu dibuang di Lubang Buaya.

Sekitar 2.000 pasukan TNI diterjunkan untuk menduduki sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Lapangan Merdeka, Monas.  Walaupun mereka belum berhasil mengamankan bagian timur dari area ini. Sebab saat itu merupakan daerah dari Markas KOSTRAD pimpinan Soeharto.

Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S/PKI telah berhasil diambil alih di beberapa lokasi stratergis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari posisinya.

Tinta kegagalan nyaris saja tertulis dalam sejarah peristiwa G30S/PKI. Hampir saja pak Harto dilewatkan begitu saja karena mereka masih menduga bahwa beliau bukanlah seorang tokoh politik.

Selang beberapa saat, salah seorang tetangga memberi tahu pada Soeharto tentang terjadinya aksi penembakan pada jam setengah 6 pagi beserta hilangnya sejumlah jenderal yang diduga sedang dicuilik. Mendengar berita tersebut, Soeharto pun segera bergerak ke Markas KOSTRAD dan menghubungi anggota angkatan laut dan polisi.

Soeharto juga berhasil membujuk dua batalion pasukan kudeta untuk segera menyerahkan diri. Dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke dalam area markas KOSTRAD. Kemudian disusul dengan pasukan Diponegoro yang kabur menuju Halim Perdana Kusuma.

Karena prosesnya yang berjalan kurang matang, akhirnya kudeta yang dilancarkan oleh PKI tersebut berhasil digagalkan oleh Soeharto. Sehingga kondisi ini menyebabkan para tentara yang berada di Lapangan Merdeka mengalami kehausan akan impresi dalam melindungi Presiden yang sedang berada di Istana.

Berikut Film Penghianatan G30S/PKI Full Movie :


Berakhirnya Peristiwa G30S PKI

G30S PKI bisa berakhir pada jam 7 malam, pasukan pimpinan Soeharto berhasil mengambil alih atas semua fasilitas yang sebelumnya pernah dikuasai oleh G30S PKI. Jam 9 malam Soeharto bersama dengan Nasution mengumumkan bahwa sekarang ia tengah mengambil alih tentara yang pernah dikuasai oleh PKI dan akan tetap berusaha untuk menghancurkan pasukan kontra-revolusioner demi melindungi posisi Soekarno.

Soeharto melayangkan kembali sebuah ultimatum yang kali ini ditujukan khusus kepada pasukan di Halim. Tak berapa lama kemudian, Soekarno meninggalkan Halim Perdana Kusuma untuk segera menuju istana Presiden lain yang ada di Bogor. Ketujuh jasad orang yang terbunuh dan terbuang di Lubang Buaya pada tanggal 3 Oktober berhasil ditemukan dan dikuburkan secara layak pada tanggal 5 Oktober.

Baca juga:

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

Thursday, September 28, 2017

4 buku yang mengulas jejak-jejak kehidupan Munir

Buku-buku Munir


4 buku yang mengulas jejak-jejak kehidupan Munir
Buku-buku Munir
Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "4 buku yang mengulas jejak-jejak kehidupan Munir" penasaran, yuk kita baca !

Penyusunan buku ini adalah sebuah upaya untuk menghadirkan jejak keprihatinan, refleksi, harapan, intensi, semangat, ideologi, cita-cita, opini atau misi yang dinyatakan oleh Munir baik eksplisit maupun implisit secara lebih komprehensif.

Beberapa warisan pemikiran Munir seperti hak perlindungan pekerja, memori sejarah serta politik persahabatan terinspirasi dari pemikiran Walter Benjamin, seorang pemikir teori kritis dalam Mazhab Frankfurt. Pembahasan tentang memori sejarah serta politik persahabatan, mengadopsi dari buah pemikiran Aristoteles dalam Etika Nikomakhea. Warisan pemikiran yang mungkin sebagai penyebab dari kebencian para oknum kepada Munir.

Selain itu, buku ini mencoba untuk mengadakan pembacaan kembali terhadap beberapa gagasan yang berhubungan dengan aktivitas Munir sebagai human rights defender dan human rights thinker, latar belakang keluarga dan tonggak-tonggak kehidupan Munir, gambaran awal bagaimana karakter Munir terbentuk, lalu dalam buku ini juga membicarakan aktivitas Munir dalam dunia perburuhan, yaitu paparan sepak terjang Munir sejak ia bergabung bersama LBH Pos Malang dan LBH Surabaya, aktivisme Munir ketika ia hijrah ke YLBHI Jakarta dan mulai menangani berbagai kasus pelanggaran HAM juga diceritakan disini.

Dalam buku juga tidak lupa diceritakan sedikit romantisme yang terjalin antara Munir dengan sang istri tercinta Suciwati sebelum mereka melangkah ke pelaminan. menelusuri jejak-jejak pemikiran Munir yang tersebar di berbagai makalah atau artikel yang membahas berbagai hal seperti kekerasan Negara, militerisme, impunitas, demokrasi, supemasi sipil, penegakan HAM dan hukum media massa, dan kepemimpinan masa depan.

Buku ini terinspirasi dari empat buku yang mengulas jejak-jejak kehidupan Munir, yaitu Munir, Sebuah Kitab Melawan Lupa, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Bunuh Munir! Sebuah Buku Putih, dan Membangun Bangsa Menolak Militerisme: Jejak Pemikiran Munir (1965-2004). Hal yang membuat buku ini menarik adalah, kita dapat merasakan secara gamblang dan jelas sosok Munir sebenarnya di sini. Sebagai pemuda kita harus memiliki jiwa seperti Munir yang menjunjung tinggi jiwa keadilan.

Baca juga :

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

15 Kasus yang pernah ditangani Munir Said Thalib

Munir Said Thalib 

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "15 Kasus yang pernah ditangani Munir Said Thalib" penasaran, yuk kita baca !

Munir said thalib adalah seorang aktivis kemanusiaan yang sangat aktif memperjuangkan hak-hak orang tertindas. Selama hidupnya, Ia selalu berkomitmen membela siapa saja yang haknya terzalimi. Salah satu sosok yang dikenal di dunia Internasional ini, lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965 dan wafat pada 7 September 2004.

15 Kasus yang pernah ditangani Munir Said Thalib
Munir Said Thalib

Kasus-kasus penting yang pernah ditangani

  • Penasehat Hukum dan anggota Tim Investigasi Kasus Fernando Araujo, dkk, di Denpasar yang dituduh merencanakan pemberontakan melawan pemerintah secara diam-diam untuk memisahkan Timor-Timur dari Indonesia; 1992
  • Penasehat Hukum Kasus Jose Antonio De Jesus Das Neves (Samalarua) di Malang, dengan tuduhan melawan pemerintah untuk memisahkan Timor Timur dari Indonesia; 1994
  • Penasehat Hukum Kasus Marsinah dan para buruh PT. CPS melawan KODAM V Brawijaya atas tindak kekerasan dan pembunuhan Marsinah, aktifis buruh; 1994
  • Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur; 1993
  • Penasehat Hukum Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dalam kasus subversi dan perkara hukum Administrative Court (PTUN) untuk pemecatannya sebagai dosen, Jakarta; 1997
  • Penasehat Hukum Muchtar Pakpahan (Ketua Umum SBSI) dalam kasus subversi, Jakarta; 1997
  • Penasehat Hukum Dita Indah Sari, Coen Husen Pontoh, Sholeh (Ketua PPBI dan anggota PRD) dalam kasus subversi, Surabaya;1996
  • Penasehat Hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan dalam kasus perburuhan PT. Chief Samsung; 1995
  • Penasehat Hukum bagi 22 pekerja PT. Maspion dalam kasus pemogokan di Sidoarjo, Jawa Timur; 1993
  • Penasehat Hukum DR. George Junus Aditjondro (Dosen Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga) dalam kasus penghinaan terhadap pemerintah, Yogyakarta; 1994
  • Penasehat hukum Muhadi (seorang sopir yang dituduh telah menembak polisi ketika terjadi bentrokan antara polisi dengan anggota TNI AU) di Madura, Jawa Timur; 1994
  • Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta; 1997-1998
  • Penasehat Hukum dalam kasus pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok 1984; sejak 1998
  • Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi Semanggi I dan II; 1998-1999
  • Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur; 1999 
  • Penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku
  • Penasehat Hukum dan Koordinator Advokat HAM dalam kasus-kasus di Aceh dan Papua (bersama KontraS)

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

Wednesday, September 27, 2017

Mengenal Munir Said Thalib, Dibunuh Karena Benar

Mengenang Alm. Munir Said Thalib

( 8 Desember 1965 – 26 September 2017)

Mengenal Munir Said Thalib, Dibunuh Karena Benar
Munir Said Thalib
Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Mengenal Munir Said Thalib, Dibunuh Karena Benar" penasaran, yuk kita baca !

Munir dibunuh karena benar. Dia menjadi ikon penegakan HAM di negara ini. Beberapa kasus pelanggaran HAM yang ditangani Munir antara lain kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta (1997-1998), pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok (1984 hingga 1998), penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi I dan II (1998-1999), anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur (1999), penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku dan kasus-kasus pelanggaran HAM di Aceh dan Papua saat memimpin Kontras.

Dia juga menangani kasus pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur (1993), kasus subversif Sri Bintang Pamungkas, Mochtar Pakpahan, Dita Indah Sari, Coen Husen Pontoh, dan Sholeh. Munir juga mengadvokasi mahasiswa dan petani di Pasuruan dalam kasus kerusuhan PT Chief Samsung (1995) dan nasib 22 pekerja PT. Maspion dalam kasus pemogokan di Sidoarjo, Jawa Timur (1993).

Mantan Presiden Abdurahman Wahid (almarhum) dalam buku berjudul: Keberanian Bernama Munir, Mengenal Sisi-Sisi Personal Munir, karya Meicky Shoreamanis Panggabean, Mizan, 2008, mengenal Munir sebagai sosok pemberani dalam memperjuangkan HAM. Bagi Gus Dur, sapaan Abdurahman Wahid, Munir yang lahir di Batu, Malang itu telah menjadi kekayaan bangsa. “Sekian tahun lamanya, ia mengisi hidup dengan perjuangan menegakkan HAM di negeri kita,” jelas Gus Dur.

Apapun bahaya yang mengancam dirinya, dia akan tetap melanjutkan perjuangannya. Inilah yang tidak setiap orang mampu melakukannya, termasuk saya,” ujar Gus Dur mengenang Munir.

Pejuang HAM (Munir Said Thalib)

Sejak tahun 1988, Munir mengabdikan dirinya sebagai pejuang HAM. Kala itu, dirinya masih kuliah di Semester Lima. Sejak kecil dirinya tidak suka dengan kekerasan. “Aku udah enggak respect sama penindas dari kecil,” katanya. Alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya itu pernah menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang militan. “Aku sangat konservatif.

Paradigma berpikir dan bertindaknya berubah saat mengenal sosok demonstran bernama Bambang Sugianto. “Dia paling senang ngajak aku debat. Akhirnya, mulailah aku baca-baca bukum, mulai keluar dari mainstream.

Munir pun tertarik memperjuangkan nasib buruh setelah membaca buku Arief Budiman tentang Revolusi Buruh di Cile. “Nah, sejak itu aku kepengin ngurus buruh,” kenang Munir. 16 April 1996, Munir mendirikan Kontras. Ia makin agresif berhadapan dengan penguasa Orde Baru demi kemajuan HAM. Dia melawan militer saat kasus penculikan aktivis mahasiswa yang dilakukan Tim Mawar dari Kopassus yang kala itu dipimpin oleh Prabowo Subianto. Munir juga mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial. Keberanian memperjuangkan HAM diyakini menjadi latarbelakang pembunuhan Munir. Dia diracun saat akan menempuh pendidikan ke Belanda.

6 September 2004 lalu adalah hari terakhir bagi Munir menginjakan kakinya di tanah air. Dia meninggalkan Suciwati, isteri yang telah mendampinginya sembilan tahun lamanya. Munir juga meninggalkan dua anaknya yang masih kecil. Di Bandara Soekarno-Hatta, mereka berpisah. Munir berangkat ke Belanda, untuk melanjutkan studi magister bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht. Dia terbang dengan pesawat Boeing 747-400 Garuda Indonesia. Saat di pesawat, Munir bertemu Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda yang biasa disapa Polly. Adalah Brahmanie Hastawati, saksi yang melihat Polly berinteraksi dengan Munir.

Setelah satu jam 38 menit perjalanan ditempuh, pesawat singgah sementara di Bandara Changi, Singapura pukul 00.40 waktu setempat. Para penumpang diberi kesempatan untuk jalan-jalan sejenak di bandara tersebut. Munir menanti di ruang tunggu Gate D42. Ada saksi yang melihat Munir duduk di sofa Coffee Bean dan mengobrol dengan Pollycarpus serta Ongen Latuihamallo, sambil menikmati minuman.

Saat pesawat akan kembali melanjutkan perjalanannya, Munir bertemu dengan seorang dokter bernama Tarmizi. “Anda Pak Munir, ya?” "Iya, Pak,“ jawab Munir.” “Saya dr Tarmizi dari Rumah Sakit Harapan Kita. Pak Munir ngapain ke Belanda?” “Saya mau belajar, mau nge-charge satu tahun,‘ jawab Munir.” “Di mana?” tanya Tarmizi. “Ultrech,” balas Munir.

Singkat kisah, tiba-tiba Munir kesakitan di perutnya. “Saya sudah buang-buang air, pakai muntah juga,” ujarnya kepada Tarmizi. Dia meminta pramugari membuatkan teh manis dengan sedikit tambahan garam. Lima menit setelah itu, Munir ke toilet. Tarmizi melihatnya muntah, dengan warna bening dan tidak mengeluarkan bau. Tarmizi memapahnya ke tempat duduk. Dua jam kemudian, Munir kembali ke toilet. Madjib curiga karena cukup lama Munir di Toilet. Lalu, dia melongok lewat celah dan mengetuk pintu toilet itu. Tidak ada respons. Madjib memberanikan diri masuk toilet. Dan, dia terkejut melihat Munir terkulai tak berdaya.

Tarmizi lalu menyuntikannya diazepam, 5 mg dibahu kanan. Munir tetap muntah-muntah dan buang air. Munir lalu tertidur. Sekitar 12.10 WIB, ketika sarapan, Madjib yang mendatangi kursi Munir terkejut melihat Munir mengeluarkan air liur tidak berbusa. Telapak tangannya membiru dan terasa dingin. Munir sudah meninggal dunia. Dua jam kemudian, pesawat mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam. Karena menemukan adanya keanehan, Departemen Kehakiman Belanda melakukan otopsi terhadap jenazahnya. Dalam tubuh Munir ternyata ditemukan zat arsenik yang melampaui batas kewajaran.

Kematian Munir

Kematian Munir hingga kini masih misterius. Baru Pollycarpus dan Indra Setiawan yang divonis bersalah atas pembunuhan Munir. Aparat tidak mampu mengusut keterlibatan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN). “Padahal, polisi sudah menahan mantan petinggi BIN dan militer yakni Muchdi Purwopranjono," kata Usman Hamid. Ironisnya, 31 Desember 2008, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis bebas Muchdi dalam perkara pembunuhan Munir karena dianggap tidak terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan.

Perjuangannya memajukan HAM menuai penghargaan. Di tahun 1998, Munir meraih penghargaan Yap Thiam Hien Award (1998). Dia pun memperoleh The Right Livelihood Award di Swedia (2000) dari Yayasan The Right Livelihood Award Jacob von Uexkull, Stockholm, Swedia di bidang HAM dan Kontrol Sipil terhadap Militer di Indonesia. Majalah Asiaweek (1999) juga menobatkannya menjadi salah seorang dari 20 pemimpin politik muda Asia di milenium baru dan Man of The Year versi majalah Ummat (1998).

Saat acara mengenang tujuh tahun pembunuhan Munir di Kantor Kontras, sejumlah tokoh mengusulkan agar Munir ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Sejarawan Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menilai, Munir layak menjadi pahlawan karena keberanian yang besar dalam menegakkan HAM. Gelar pahlawan Munir akan membakar semangat munculnya Munir lainya.

Baca Juga :

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

Tuesday, September 26, 2017

Terbunuhnya Marsinah, dan Tragedi Seorang Buruh

Marsinah, Tragedi Seorang Buruh

Terbunuhnya Marsinah, dan Tragedi Seorang Buruh
Marsinah

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Terbunuhnya Marsinah, dan Tragedi Seorang Buruh" penasaran, yuk kita baca !

Hutan Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Awalnya adalah anak-anak yang bermain. Mengira bahwa kaki yang menjulur pada sebuah gubuk kelompok tani adalah milik orang gila yang biasa tidur di situ. Mereka menggoda sambil melempari dengan kerikil. Setelah berkali-kali dilempari dan tak ada reaksi, mereka pun mendekat. Alangkah terkejutnya ketika mereka mendapati bahwa kaki yang menjulur itu adalah kaki seorang mayat perempuan.

Mayat tersebut tergeletak dalam posisi terlentang. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka memar bekas pukulan benda keras. Kedua pergelangan tangannya lecet-lecet, diduga akibat diseret dalam tangan terikat. Tulang panggulnya hancur karena pukulan benda keras berkali-kali. Dari sela-sela pahanya ada bercak-bercak darah, diduga akibat penganiayaan dengan benda tumpul. Pada bagian yang sama menempel kain putih berlumuran darah. Mayatnya ditemukan dalam keadaan lemas.

Hanya, dan hanya, secarik potongan resi wesel sudah cukup untuk memberi petunjuk bagi aparat kepolisian untuk menelusuri kejelasan identitas mayat tersebut. Ia adalah Marsinah, seorang buruh pabrik yang pada beberapa waktu lalu terlibat aksi mogok. Tapi apakah darah dan bekas-bekas penganiayaan yang meluluhlantakan tubuh Marsinah juga akan cukup memberi petunjuk siapa tokoh penganiayaan dan kepentingan-kepentingan apa yang ada dibalik penganiayaan tersebut di kemudian hari?

Pengetahuan Mengubah Nasib

Marsinah lahir tanggal 10 April 1969. Anak nomor dua dari tiga bersaudara ini merupakan buah kasih antara Sumini dan Mastin. Sejak usia tiga tahun, Marsinah telah ditinggal mati oleh ibunya. Bayi Marsinah kemudian diasuh oleh neneknya—Pu’irah—yang tinggal bersama bibinya—Sini—di desa Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur.

Pendidikan dasar ditempuhnya di SD Karangasem 189, Kecamatan Gondang. Sedang pendidikan menengahnya di SMPN 5  Nganjuk. Sedari kecil, gadis berkulit sawo matang itu berusaha mandiri. Menyadari nenek dan bibinya kesulitan mencari kebutuhan sehari-hari, ia berusaha memanfaatkan waktu luang untuk mencari penghasilan dengan berjualan makanan kecil.

Di lingkungan keluarganya, ia dikenal anak rajin. Jika tidak ada kegiatan sekolah, ia biasa membantu bibinya memasak di dapur. Sepulang dari sekolah, ia biasa mengantar makanan untuk pamannya di sawah. “Dia sering mengirim bontotan ke sawah untuk saya. Kalau panas atau hujan, biasanya anak itu memakai payung dari pelepah pisang,” kenang Suradji, pamannya Marsinah sambil menerawang. Berbeda dengan teman sebayanya yang lebih suka bermain-main, ia mengisi waktu dengan kegiatan belajar dan membaca. Kalaupun keluar, paling-paling dia hanya pergi untuk menyaksikan siaran berita televisi.

Ketika menjalani masa sekolah menengah atas, Marsinah mulai mandiri dengan mondok di kota Nganjuk. Selama menjadi murid SMA Muhammadiyah, ia dikenal sebagai siswa yang cerdas. Semangat belajarnya tinggi dan ia selalu mengukir prestasi dengan peringkat juara kelas. Jalan hidupnya menjadi lain, ketika ia terpaksa harus menerima kenyataan bahwa ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. “Dia ingin sekolah di IKIP. Tapi, uang siapa untuk membiayai di perguruan tinggi itu,” ujar kakek Marsinah.

Pergi meninggalkan desa adalah sebuah langkah hidup yang sulit terelakan. Kesempatan kerja di pedesaan semakin sempit. Kerja sebagai buruh tani makin kecil peluangnya. Sekarang ani-ani—alat tradisional penuai padi—sudah berganti dengan sabit yang lebih efisien dan tidak memerlukan jumlah tenaga kerja sebanyak sebelumnya. Perkembangan teknologi semakin menyingkirkan para buruh tani. Tidak mengherankan, bau keringat bercampur tanah sawah sudah tidak lagi memenuhi udara pedesaan. Lenguhan sapi yang kelelahan membajak tanah semakin jarang terdengar. Ia telah disingkirkan oleh deru mesin traktor.

Ujungnya adalah tidak ada pilihan lagi selain pergi ke kota. Maka ia berusaha mengirimkan sejumnlah lamaran ke berbagai perusahaan di Surabaya, Mojokerto, dan gresik. Akhirnya ia diterima di pabrik sepatu BATA di Surabaya tahun 1989. setahun kemudian ia pindah ke pabrik arloji Empat Putra Surya di Rungkut Industri, sebelum akhirnya ia pindah mengikuti perusahaan tersebut yang membuka cabang di Siring, Porong, Sidoarjo. Marsinah adalah generasi pertama dari keluarganya yang menjadi buruh pabrik.

Kegagalan meneruskan ke perguruan tinggi bukannya membuat semangat belajarnya padam. “Mbak Marsinah berkeyakinan bahwa pengetahuan itu mampu mengubah nasib seseorang,” ujar salah seorang temannya. Karena itu, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, Marsinah mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris di Dian Institut, Sidoarjo. Kursus komputer dengan paket Lotus dan Word Processor sempat dirampungkan beberapa waktu sebelum ia meninggal. Semangat belajar yang tinggi juga tampak dari kebiasaannya menghimpun rupa-rupa informasi. Ia suka mendengarkan warta berita, baik lewat radio maupun televisi. Minat bacanya juga tinggi. Saking senangnya membaca, ia terpaksa memakai kacamata. Pada waktu-waktu luang, ia seringkali membuat kliping koran. Malahan untuk kegiatan yang satu ini ia bersedia menyisihkan sebagian penghasilannya untukmembeli koran dan majalah bekas, meskipun sebenarnya penghasilannya pas-pasan untuk menutup biaya hidup.

Ia dikenal sebagai seorang pendiam, lugu, ramah, supel, tingan tangan dan setia kawan. Ia sering dimintai nasihat mengenai berbagai persoalan yang dihadapi kawan-kawannya. Kalau ada kawan yang sakit, ia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk. Selain itu ia seringkali membantu kawan-kawannya yang diperlakukan tidak adil oleh atasan. Ia juga dikenal sebagai seorang pemberani.

Paling tidak dua sifat yang terakhir disebut—pemberani dan setia kawan—inilah yang membekalinya menjadi pelopor perjuangan. Pada pertengahan April 1993, para buruh PT. CPS (Catur Putra Surya)—pabrik tempat kerja Marsinah—resah karena ada kabar kenaikan upah menurut Sudar Edaran Gubernur Jawa Timur. Dalam surat itu termuat himbauan pada para pengusaha untuk menaikkan upah buruh sebesar 20% dari upah pokok. Pada minggu-minggu tersebut, Pengurus PUK-SPSI PT. CPS mengadakan pertemuan di setiap bagian untuk membicarakan kenaikan upah sesuai dengan himbauan dalam Surat Edaran Gubernur.

Keresahan tersebut akhirnya berbuah perjuangan. Pada tanggal 3 Mei 1993 seluruh buruh PT. CPS tidak masuk kerja, kecuali staf dan para Kepala Bagian. Sebagian buruh bergerombol dan mengajak teman-teman mereka untuk tidak masuk kerja. Hari itu juga, Marsinah pergi ke kantor Depnaker Surabaya untukmencari data tentang daftar upah pokok minimum regional. Data inilah yang ingin Marsinah perlihatkan kepada pihak pengusaha sebagai penguat tuntutan pekerja yang hendak mogok.

Tanggal 4 Mei 1993 pukul 07.00 para buruh PT. CPS melakukan unjuk rasa dengan mengajukan 12 tuntutan. Seluruh buruh dari ketiga shift serentak masuk pagi dan mereka bersama-sama memaksa untuk diperbolehkan masuk ke dalam pabrik. Satpam yang menjaga pabrik menghalang-halangi para buruh shift II dan shift III. Tidak ketinggalan, para satpam juga mengibas-ibaskan tongkat pemukul serta merobek poster dan spanduk para pengunjuk rasa sambil meneriakan tuduhan PKI kepada para pengunjuk rasa.

Terbunuhnya Marsinah, dan Tragedi Seorang Buruh
Marsinah

Bangkitnya Keberanian

Suasana kota yang penuh dengan persaingan telah membuat setiap orang yang tinggal didalamnya untuk menjadi keras. Apalagi kehidupan buruh-buruh di pabrik yang setiap hari dikejar-kejar target produksi yang telah ditetapkan sepihak oleh pengusaha. Maka menjadi tidak mengherankan bahwa Marsinah, gadis desa yang lugu, lalu tidak canggung berdiri di barisan terdepan pengunjuk rasa. Sebuah keberanian telah menggusur kepasrahan pada nasib!

Semakin merebak jumlah aksi pemogokan di berbagai kota industri menjadi bukti ketidakpuasan. Pabrik, gedung Dewan Perwakilan Rakyat, instansi-instansi pemerintah yang berurusan dengan masalah perburuhan, dan jalanan-jalanan kota menjadi panggung yang mementaskan keresahan kaum buruh yang tak kunjung terhenti. Menurut berita, di Jawa Timur tercatat 155 pemogokan yang semuanya dihadapi tentara.

Aparat dari koramil dan kepolisian sudah berjaga-jaga di perusahaan sebelum aksi berlangsung. “Ya sudah, kalau teman-teman tidak diperbolehkan masuk, keamanan saya serahkan kepada bapak, kami sekarang hendak berunding dengan pengusaha!”, ucapnya pada salah seorang aparat keamanan.

Perundingan berjalan dengan hangat. Dalam perundingan tersebut, sebagaimana dituturkan kawan-kawannya. Marsinah tampak bersemangat menyuarakan tuntutan. Dialah satu-satunya perwakilan dari buruh yang tidak mau mengurangi tuntutan. Khususnya tentang tunjangan tetap yang belum dibayarkan pengusaha dan upah minimum sebesar Rp. 2.250,- per hari sesuai dengan kepmen 50/1992 tentang Upah Minimum Regional. Setelah perundingan yang melelahkan tercapailah kesepakatan bersama.

Berakhirkah pertentangan antara buruh dengan pengusaha? Ternyata tidak! Tanggal 5 Mei 1993, 13 buruh dipanggil kodim Sidoarjo. Pemanggilan itu diterangkan dalam surat dari kelurahan Siring. Tanpa babibu, tentara mendesak agar ke-13 buruh itu menandatangani surat PHK. Para buruh terpaksa menerima PHK karena tekanan fisik dan psikologis yang bertubi-tubi. Dua hari kemudian menyusul 8 buruh di-PHK di tempat yang sama. Sungguh! Hukum menjadi kehilangan gigi ketika senapan tentara ikut bermain.

Marsinah sadar betul bahwa peristiwa yang menimpa kawan-kawannya adalah suatu keniscayaan di negeri milik pengusaha ini. Dari kliping-kliping surat kabar yang diguntingnya, dari keluhan-keluhan kawan-kawannya se pabrik, dari kemarahan-kemarahan yang teriakkan, dan dari apa yang ia lihat dengan mata kepala sendiri, semuanya memberinya pengetahuan tentang ketidakberesan yang melanda segala lapisan dalam masyarakat kita.

Kemarahannya meledak saat mengetahui perlakuan tentara kepada kawan-kawannya. “Saya tidak terima! Saya mau (melapor) ke paklik saya yang jadi jaksa di Surabaya!” teriak Marsinah gusar. Dengan gundah ia raih surat panggilan kodim milik salah seorang kawannya, lantas pergi.

Kemana perginya Marsinah? Tidak ada yang tahu. Yang pasti, Marsinah tidak lagi terlihat di pabrik tempat ia bekerja.

Awal Kebangkitan

Marsinah telah mati. Mayatnya ditemukan di gubuk petani dekat hutang Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Ia yang tidak lagi bernyawa ditemukan tergeletak dalam posisi melintang. Sekujur tubuhnya penuh luka memar bekas pukulan benda keras. Kedua pergelangannya lecet-lecet, mungkin karena diseret dalam keadaan terikat. Tulang panggulnya hancur karena pukulan benda keras berkali-kali. Di sela-sela pahanya ada bercak-bercak darah, diduga karena penganiayaan dengan benda tumpul. Pada bagian yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah. Mayatnya ditemukan dalam keadaan lemas, mengenaskan.

Marsinah adalah sosok perjuangan yang telah dihancurkan oleh sebuah ketakutan dan kecurigaan. Tapi kita tidak bisa mengingkari bahwa jiwanya tidak bisa dipenjara. Jiwanya akan membumbung tinggi untuk berubah menjadi lidah-lidah api yang akan menghanguskan segala bentuk ketidakadilan.

Anak-anak desa yang menemukan Marsinah, dan kita, menjadi saksi. Sekarang atau esok, anak-anak itu dan kita akan terus bersaksi dan bercerita tentang ketidakadilan, tentang gugurnya seorang buruh pejuang, tentang buruh perempuan yang tidak ragu untuk kehilangan nyawanya demi keyakinannya tentang kebenaran.

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

Pidato Tan Malaka ( Kongres Persatuan Perjuangan )

Tan Malaka berpidato pada Kongres Persatuan Perjuangan

Pidato Tan Malaka ( Kongres Persatuan Perjuangan )
Tan Malaka berpidato pada kongres persatuan perjuangan
Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Pidato Tan Malaka ( Kongres Persatuan Perjuangan )" penasaran, yuk kita baca !

Sewaktu Tan di dalam sel inilah menyebar testamen politik palsu. Isinya menyatakan bahwa Soekarno-Hatta menyerahkan pimpinan revolusi kepada Tan Malaka seorang. Hatta menuding Chaerul Saleh otak dari kebohongan itu. Gara-gara itu, Hatta berniat mencabut keputusan pemberian testamen, tapi batal, akhirnya Soekarno sendiri yang membakar tastemen tersebut. Setelah dua tahun Tan ditahan, kejaksaan baru menjatuhkan dakwaan. Tapi bukan atas tuduhan kudeta, melainkan menggerakkan barisan oposisi ilegal. Tan dan Sukarni dibebaskan pada September 1948 dari penjara Magelang, Jawa Tengah.

Setelah Tan dibebaskan, Tan mendirikan partai Murba bersama Sukarni pada 7 November 1948 di Yogyakarta. Partai ini menjadi Partai terakhirnya. Tan juga bertemu dengan  Jenderal Soedirman di Yogyakarta. Kepada Pak Dirman, Tan mengatakan akan bergerilya ke Jawa Timur sekitar November 1948. Soedirman lalu memberinya surat pengantar dan satu regu pengawal. Surat dari Soedirman itu diserahkan ke Panglima Divisi Jawa Timur Jenderal Sungkono. Oleh Sungkono, Tan dianjurkan bergerak ke Kepanjen, Malang Selatan. Tapi Tan memutuskan pergi ke Kediri.

Pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan bersama Gerilya Pembela Proklamasi di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap juga dari penuturan Harry A. Poeze, yang menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati oleh pasukan TNI pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.

Setelah terjadi pembunuhan terhadap Tan Malaka, Hatta memberhentikan Sungkono sebagai Panglima Divisi Jawa Timur dan Surachmat sebagai Komandan Brigade karena kesembronoan mengatasi kelompok Tan Malaka,dan berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

Mengenal Tokoh Komunisme Internasional ( Tan Malaka )

Mengenal Tokoh Komunisme Internasional ( Tan Malaka )
Tan Malaka Muda

Siapa Tan Malaka ?

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Mengenal Tokoh Komunisme Internasional ( Tan Malaka )" penasaran, yuk kita baca !

Tan Malaka adalah Tokoh yang cukup kontroversial baik dikalangan akedemisi, pergerakan, maupun elit politik di Indonesia dan bahkan di beberapa Negara yang pernah dikunjunginya.  Ibrahim gelar datuk Tan malaka atau yang lebih dikenal dengan Tan Malaka adalah salah seorang Putra Minangkabau yang sangat berpengaruh dalam pergerakan di indonesia. Menurut Harry A. Poeze yang bertahun-tahun menghabiskan waktu untuk meneliti sosok dari Tan Malaka. Tan Malaka lahir tahun 1894, disebuah Nagari kecil Pandan Gadang, Suliki, daerah pedalaman Minangkabau, Sumatera Barat. Ia juga merupakan salah satu orang Indonesia pertama yang melanjutkan studinya ke Belanda.

Rumah Tan Malaka di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat. Orang tua dari tan Malaka tergolong kaum Bangsawan lokal, tapi dalam hal kepemilikan dan kedudukan tidak banyak beda dari penduduk sesamanya. Sejalan dengan Garis Matrilineal diminangkabau, ia diwariskan Gelar Adat yang terhormat Datuk Tan Malaka, jadilah namanya Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka. Anak dari pasangan Rasad Chaniago dan Sinah Sinabur ini Sebagian besar hidupnya dihabiskan diluar negeri. Setelah tamat dari Kweekschool Bukit Tinggi pada umur 16 tahun, pada Tahun 1913 Tan Malaka melanjutkan sekolah ke Belanda sebagai Siswa disekolah guru Rijkskweekschool, Haarlem, Belanda. Semasa inilah pemahaman mengenai politiknya mulai berkembang, Tan Malaka tidak bisa menghindar dari situasi politik dimasa itu, ia mulai membaca buku karangan Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Vladimir Lenin. Tan Malaka bertemu Henk Sneevliet, salah satu pendiri Indische Sociaal dari-Democratische Vereeniging (ISDV, pendahulu dari Partai Komunis Indonesia)

Tan Malaka Muda

Setelah enam tahun dibekali pengetahuan politik di Belanda, Pada November 1919  Tan Malaka memutuskan untuk pulang ke Indonesia dengan cita-cita mengubah nasib bangsa Indonesia. Tahun 1921 merupakan awal kiprah Tan Malaka didunia politik, ia bergabung dengan SI ( Serikat Islam ) disemarang bersama Semaun, keduanya sepakat untuk mendirikan sekolah rakyat. Pada masa itu Serikat Islam sedang mengalami perseturuan antara fraksi islam dan komunis, hingga akhirnya partai tersebut terpecah dan Tan Malaka ikut dengan Darsono. Beberapa bulan kemudian Tan keluar dari partai akibat paham yang tidak sejalan.

Pada 2 Maret 1922, Tan Malaka ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda atas tuduhan sebagai dalang pemogokan buruh pelabuhan. Hal tersebut memaksa Tan untuk kembali ke Belanda namun bukan sebagai pelajar melainkan sebagai orang buangan. Oleh kawan-kawannya separtai Tan disambut sebagai martir dari Kolonialisme Belanda, Tan segera diletakkan pada tempat ketiga dalam daftar kaum komunis untuk pemilu anggota tweede Kamer (Parelemen) bulan juli 1922 sebagai calon Indoensia yang pertama. Namun Tan tidak terpilih karena partainya hanya mendapat dua kursi. Disurat kabar Komunis dan brosur berbahasa indonesia Tan Malaka menulis panjang lebar tentang Pengasingannya.

Perjalanan Tan Malaka

Dari Belanda Tan melakukan perjalanan ke Moskow, disana Tan Malaka Tampil sebagai wakil Indonesia  pada kongres Komintern bulan November 1922. Dalam kongres ini Tan Malaka menyampaikan pidato yang sia-sia karena mengajukan masalah kerja sama antara komunisme dengan panislamisme, dan pendapatnya itu tidak diakui sebagai berpotensi revolusioner. Komintern memberikan tugas baru kepada Tan Malaka dalam tahun 1923 yaitu, sebagai wakil komintern untuk Asia Tenggara dengan kewenangan yang luas sepanjang tentang urusan partai, kelompok, dan Tokoh-tokoh dikawasan itu. Sebagai basis Tan memilih Kanton,Cina.

Dari jarak jauh, Tan Malaka juga ikut campur dalam urusan perkembangan PKI di Indonesia. Tahun 1925 di kanton, Cina, Tan Malaka menulis buku yang memuat konsep republik yang berjudul Naar de 'Republiek Indonesia' ( Menuju Republik Indonesia ), karena buku itulah Tan Malaka mendapat gelar Bapak Republik Indonesia. Tan Malaka lah orang pertama yang menulis konsep republik untuk Indonesia jauh lebih dulu dibanding Mohammad Hatta, yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) sebagai pleidoi di depan pengadilan Belanda di Den Haag (1928),dan Bung Karno, yang menulis Menuju Indonesia Merdeka (1933).

Awal tahun 1926, disalah satu daerah di Singapura Tan Malaka menulis buku yang berjudul “Massa Actie”. Buku Naar de Republiek dan Massa Actie yang ditulis dari tanah pelarian itu telah menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia. Tokoh pemuda radikal Sayuti Melik, misalnya, mengenang bagaimana Bung Karno dan Ir Anwari membawa dan mencoret-coret hal penting dari Massa Actie. Waktu itu Bung Karno memimpin Klub Debat Bandung. Salah satu tuduhan yang memberatkan Soekarno ketika diadili di Landrat Bandung pada 1931 juga lantaran menyimpan buku terlarang ini. Tak aneh jika isi buku itu menjadi ilham dan dikutip Bung Karno dalam pleidoinya, Indonesia Menggugat.

W.R. Supratman pun telah membaca habis Massa Actie. Ia memasukkan kalimat "Indonesia tanah tumpah darahku" ke dalam lagu Indonesia Raya setelah diilhami bagian akhir dari Massa Actie, pada bab bertajuk "Khayal Seorang Revolusioner". Di situ Tan antara lain menulis, "Di muka barisan laskar, itulah tempatmu berdiri.... Kewajiban seorang yang tahu kewajiban putra tumpah darahnya."

Pada tahun 1942 Tan Malaka kembali ke Indonesia untuk melanjutkan perjuangannya. Diseputar Proklamasi Tan menorehkan perannya yang penting. Menurut Harry A. Poeze, Tan Malaka lah orang dibalik peristiwa Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, Jakarta, yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. Diantara ratusan ribu massa yang mendatangi lapangan tersebut tampak sesosok pria memakai topi perkebunan berjalan berdampingan dengan Presiden Soekarno, sosok tersebut diyakini Harry A. Poeze berdasarkan ciri-ciri yang telah ia teliti selama bertahun-tahun. Harry A. Poeze mengatakan “Tan memakai topi perkebunan sejak di Filipina (1925-1927), membawa dua setel pakaian dan memiliki tinggi 165 cm.

Pemimpin Komunis

Sebagai pemimpin komunis, pergulatan Tan sangatlah berpengaruh dalam komunisme internasional. Ia tak hanya mempunyai hak untuk memberi usul dan kritik, tapi juga hak untuk memberi veto atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan juga memberi pengawasan agar anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern, seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa, diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian, tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.

Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda, ia meletakkan tanggung jawab yang sangat berat di pundaknya. Tan dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso.

Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia yang justru berakibat buruk bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Sehingga, dengan mudah dan dalam waktu singkat, pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya dan menangkap ribuan pejuang politik. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh, dan banyak yang dibuang ke Boven Digoel, Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka, perjuangan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.

Tan yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibu kota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927, Tan memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya, Tan memang telah menulis “Menuju Republik Indonesia”. Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Hong Kong, April 1925.

Prof. Mohammad Yamin, dalam karya tulisnya “Tan Malaka Bapak Republik Indonesia” memberi komentar: “Tak ubahnya dari Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah….”

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

Monday, September 25, 2017

Mengenal Fiber Optik

Fiber Optik

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Mengenal Fiber Optik" penasaran, yuk kita baca !

Sebagian dari kalian mungkin sudah terlalu sering mendengar kata Fiber Optik, namun jika diminta untuk menjelaskan apa itu Fiber Optik, kalian mungkin belum begitu mengenal jenis kabel yang satu ini. Memang akhir-akhir ini perusahaan telekomunikasi Indonesia tengah mencanangkan penggunaan kabel Fiber Optik untuk keperluan koneksi internet.

Dan katanya atau beritanya gaes, Telkom Indonesia mempunyai niat atau tujuan untuk menggabungkan komunikasi (koneksi internet) se indonesia menggunakan Fiber Optik bukan lagi menggunakan satelit. Berikut di artikel ini kami akan menjelaskan apa itu Fiber Optik dan apa saja kegunaannya.

Mengenal Fiber Optik
Gambar Kabel Fiber Optik

Fiber optik sendiri jika diartikan secara umum merupakan sebuah jaringan kabel yang terbuat dari bahan serat kaca. Nah jika dihubungkan dengan tekonologi jaringan, fiber optik digunakan sebagai media untuk mentransmisi arus data secara terarah (wireline). 

Karakterisitik utama dari fiber optik, yakni memiliki inti yang terbuat dari serat kaca dan memiliki beberapa lapisan yang tentunya tiap lapisan memiliki fungsi masing-masing. 

Berikut ini merupakan komponen yang membentuk karakteristik dari fiber optik: 

  • Inti, Pada bagian inti jenis serat kaca berpernaruh pada kualitas dari kabel fiber optik itu sendiri. Diameter inti serat optik memiliki ukuran yang berbeda-beda, antara 2 μm hingga 50 μm. Lebih besar diameter inti serat kaca maka akan semaik baik pula kualitas dan kemampuan si fiber optik ini. 
  • Cladding, untuk bagian ini adalah komponen yang terbuat dari kaca dan memiliki fungsi sebagai pelindung inti fiber optik. Bagian ini sering disebut juga sebagai jaket Cladding dan untuk diameternya antara  5 μm – 250 μm. Selain sebagai pelindung inti, cladding juga berfungsi memancarkan cahaya dari luar kepada inti. 
  • Coating, lapisan ini juga sering disebut sebagai mantel, berbeda dengan inti dan cladding yang terbuat dari kaca, untuk lapisan ini terbuat dari bahan plastik. Fungsi dari mantel ini adalah untuk melindungi gangguan dari luar seperti lengkungan kabel dan kelembaban udara yang dapat mengakibatkan kerusakan pada lapisan dalam. Setiap mantel memiliki warna yang berbeda-beda, tujuannya agar dapat mempermudah penyusunan urutan core. 
  • Strength Member & Outer Jacket, Perlindungan utama berawal dari lapisan ini. lapisan strength member dan outer jacket merupakan lapisan terluar dari kabel fiber optik, fungsinya jelas untuk melindungi inti kabel fiber optik dari gangguan secara langsung.


Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .