Tuesday, May 2, 2017

Filosofi Hitam dan Putih

Hitam dan Putih

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Filosofi Hitam dan Putih" penasaran, yuk kita baca !

Seringkali kita mendengar Sebuah ungkapan klasik: "hidup tidak sesederhana hitam dan putih." Ya, saya mengamini ungkapan ini.Kenapa tidak? Karena hidup memang tidak sesederhana hitam dan putih saja. Apalagi bagi saya, Ketika kita di dalam kandungan ibu, kita telah menghirup nafas kebudayaan Timur yang sejak semula mempunyai pandangan yang kompleks mengenai kehidupan. Bahwa hidup itu penuh warna, penuh rasa, penuh kesan, penuh tanya, penuh misteri yang selalu memberi ruang terbuka bagi aneka interpretasi yang tidak pernah final dengan titik hitam atau putih.

Filosofi Hitam dan Putih
hitam dan putih

Akan tetapi, hitam dan putih, terang dan gelap, Yin dan Yang, baik dan jahat adalah warna dasar kehidupan. Sebagai dasar, hitam-putih melahirkan warna-warna lain. Karena hitam dan putih mewakili kenyataan-kenyataan hidup yang kontradiktif, unpredictable, dan terkadang bagi pola pikir Barat sulit untuk didamaikan. Bagi pola pikir barat, kenyataan hidup itu adalah hitam atau putih (titik), tidak ada koma. Hitam dan putih meringkaskan kenyataan bahwa manusia diciptakan pria dan wanita (normal) dan di luar pria dan wanita adalah sebuah anomali. Inilah produk pola pikir barat yang kemudian melahirkan sains. Sains lahir karena pola pikir yang rigid, ketat, dan tidak memberi ruang bagi misteri. Tubuh bukan lagi dilihat sakral, tetapi bisa dicacah-cacah, dipreteli untuk dipelajari anatominya sehingga melahirkan ilmu kedokteran modern.

Semuanya ini mau mengatakan bahwa struktur berpikir barat yang melihat kenyataan hidup itu hitam atau putih (atau dalam ranah filosofis sering diistilahkan dengan pola pikir either  or) memang telah melahirkan sains, tetapi kemudian disadari kemudian bahwa justru pola pikir inilah yang merusak tatanan dunia ini. Desakralisasi atas alam dan tubuh manusia terjadi, ketika alam dan tubuh hanya dilihat hitam atau putih. Karena itu, dunia barat kemudian mulai mengarahkan pandangan pada dunia timur. Pandangan dunia timur oleh sebagian besar orang diharapkan dapat menjadi solusi atas kekacauan hidup manusia dan alam dewasa ini.

Kenyataan Hidup Tidak Sesederhan Garis Hitam-Putih di Kaki Langit-Laut

Bagi saya yang dikandung, dilahirkan, dibesarkan dalam budaya timur akan berkata: "tunggu dulu Mr, Miss, dan bro!" Kenyataan dunia ini tidak harus hitam atau putih. Kenyataan dunia ini adalah hitam dan putih dan di antara hitam dan putih ada arsiran yang mendamaikan dan tidak harus selalu dipertentangkan. Di daerah arsiran itulah kenyataan hidup dunia dan manusia yang sesungguhnya penuh dengan ketidakpastian dan tanya berkepangjangan....inilah ruang bagi misteri yang sekaligus membentuk harmoni. Contoh: ketika sahabat saya kecelakaan dan harus, masuk UGD, dia masih berkata: "untung, tidak mati." Bagi pola pikir barat, pasti terasa aneh: "apa? udah celaka kog, masih dibilang beruntung. Edan!" Ya, bagi yang tidak memahami struktur berpikir orang timur pasti akan mengatakan edan. Karena bagi paradigma berpikir barat, celaka berarti tidak beruntung (titik, dan tidak ada koma).

Pola pikir ketimuran seperti ini, dalam diskursus filosofis sering disebut dengan struktur berpikir both and.  Frasa ini mau meringkaskan bahwa pola pikir timur tidak memandang keyataan hidup hitam atau putih, tetapi kedua-duanya, bisa hitam, bisa putih, tergantung dari sudut pandang mana anda memandang, menafsirkan, dan menilainya. Pola pikir ketimuran ini disadari akhir-akhir ini oleh dunia barat lebih akomodatif, lebih memberi ruang bagi aneka sudut pandang yang bukannya memisahkan, mempertentangkan, tetapi mendamaikan.

Karena itu, alam tidak lagi dilihat sebagai objek yang terpisah atau berjarak dari manusia sebagai subjek. Alam lebih dilihat sebagai jagad gede dan manusia adalah jagad cilik atau makrokosmos dan mikrokosmos yang harus diharmonikan. Sebagai jagad gede, alam semesta harus dilestarikan karena itu adalah perpanjangan tubuh manusia. Menghargai alam berarti menghargai tubuh. Mencintai sesama berarti mencitai dirinya sendiri.

Di penghujung refleksi ini, saya hanya mau mengatakan jangan pernah melihat kenyataan hidup hitam atau putih saja, terang atau gelap saja, baik atau jahat saja sebagai dua kutub atau kekuatan yang dipertentangkan tetapi pandanglah keduanya sebagai sebuah harmoni yang menjadi abu-abu karena memang kehidupan manusia tidak sesederhana hitam vs putih, tetapi abu-abu. Jika kegelapan mulai melingkupi hidupmu, yakinlah selalu bahwa setelah mendung pasti akan hujan, dan matahari akan kembali bersinar cerah dalam hidupmu. Alam telah mengajari kita banyak hal sebagai buku yang terbuka untuk melihat dan memaknai hidup tidak sebatas hitam atau putih.

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

0 komentar: