Friday, January 12, 2018

Makna Tersembunyi Dari Lagu Jingga (Hilang) Efek Rumah Kaca


Makna Tersembunyi Dari Lagu Jingga (Hilang) Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca [Cholil Mahmud, Adrian Yunan Faisal, Akbar Bagus Sudibyo]

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini adalah tentang "Makna Tersembunyi Dari Lagu Jingga (Hilang) Efek Rumah Kaca" penasaran, yuk kita baca !

Efek Rumah Kaca

Salah satu band indie asal Jakarta bergendre POP minimalis “Efek Rumah Kaca”, band yang terdiri Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar) ini sudah membuat lagu-lagu yang tidak sekedar kata yang di susun dalam deretan bait lalu teriring alunan mesra, tersimpan banyak makna di balik sepatah katanya, menginspirasi. Meskipun konsumsi anak muda Indonesia kebanyakan adalah lagu tentang cinta, Efek Rumah Kaca berani tampil beda.

Di antara lagu-lagunya yang keren abis terselip lagu berjudul Hilang (Jingga) dalam Album Sinestesia, Lagu ini dirilis pada tahun 2010 dan di persembahkan sebagai bagian dari proyek PERDAMAIAN. Ini salah satu lagu yang bisa ngebuat kita “Melek Realita Sosial”, sebenernya sih tentang Potret buram Indonesia. Lagu ini terinspirasi dari kasus orang hilang yang terjadi pada masa orde baru sekitar tahun 1997-1998 yang menghilangkan sekitar 23 aktivis yang 9 di antaranya di bebaskan, 1 ditemukan meninggal, dan 13 lainnya Hilang sampai hari ini.

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Dan penurunan jabatan Presiden Soeharto. Penculikan aktivis 1997/1998 adalah peristiwa penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998.

Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, sembilan di antara mereka yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di antara mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka. Tapi tak satu pun dari mereka yang diculik pada periode pertama dan ketiga muncul.

Selama periode 1997-1998, KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat-alat negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini.

Lagu ini adalah salah satu bentuk pemrotesan terhadap tidak efektifnya  penanganan kasus di Indonesia, terbukti dengan tidak ada tindakan serius atas kasus ini, menunjukan sekali bahwa Hukum di indonesia masih berwajah muram. Dengan lagu ini, saya sebagai warga Indonesia merasa dilematis. Disatu sisi merasa malu dengan kadilan yang terus saja di hoarkan tanpa pembuktian yang nyata, di sisi lain saya harus bangga terhadap negeri yang sudah saya tinggali ini.

Berikut adalah Lirik Lagunya


rindu kami seteguh besi
hari demi hari menanti
tekad kami segunung tinggi
takut siapa semua hadapi

yang hilang menjadi katalis
di setiap kamis nyali berlapis

marah kami senyala api
di depan istana berdiri

yang hilang menjadi katalis
di setiap kamis, nyali berlapis
yang ditinggal takkan pernah diam
mempertanyakan kapan pulang

aaaaaaaaaa aaaaaaa aaaaaa

Dedy Hamdun HILANG Mei 1997
Ismail HILANG Mei 1997
Hermawan Hendrawan HILANG Maret 1998
Hendra Hambali HILANG Mei 1998
M Yusuf HILANG Mei 1997
Nova Al Katiri HILANG Mei 1997
Petrus Bima Anugrah HILANG Maret 1998
Sony HILANG April 1997
Suyat HILANG Februari 1998
Ucok Munandar Siahaan HILANG Mei 1998
Yadin Muhidin HILANG Mei 1998
Yani Afri HILANG April 1997
Wiji Tukul HILANG Mei 1998

HILANG…

Makna Tersembunyi Dari Lagu Jingga (Hilang) Efek Rumah Kaca
Mengingat Tragedi Kerusuhan Mei 1998


23 Orang Hilang, Satu Meninggal, 9 Dilepas dan 13 Hilang Hingga Kini

Tujuh belas tahun yang lalu, tepatnya pada Februari - April 1998, puluhan aktivis mahasiswa hilang satu per satu. Sebagian dari mereka kembali, sebagian yang lain tidak ditemukan hingga hari ini, alias hilang. Peristiwa hilangnya aktivis mahasiswa, yang kemudian disebut sebagai insiden penghilangan dan penculikan paksa tersebut, terjadi pada masa pemilihan presiden Republik Indonesia periode 1998-2003.

Peristiwa penculikan yang kini mulai banyak lagi dibicarakan itu merupakan salah satu catatan hitam dalam perjalanan sejarah TNI. Ketika itu terjadi penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-demokrasi. Peristiwa itu terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998. Menurut catatan Komisi untuk Orang Hilang (Kontras), selama periode 1997-1998 tercatat ada 23 orang yang telah dihilangkan oleh alat-alat negara. Dari jumlah itu satu orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), sembilan orang dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya hilang hingga hari ini. Berikut nama-nama yang Rappler himpun dari data Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS):

9 korban penculikan yang berhasil kembali

  • Aan Rusdiyanto, hilang pada 13 Maret 1998. Ia diambil paksa saat berada di rumah susun Klender, Jakarta Timur.
  • Andi Arief, hilang pada 28 Maret 1998. Ia diambil paksa di Lampung.
  • Desmond Junaedi Mahesa, hilang pada 3 Februari 1998. Saat itu, ia terakhir terlihat di Salemba, Jakarta Pusat.
  • Faisol Reza, hilang pada 12 Maret 1998. Ia dikejar dan ditangkap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.
  • Haryanto Taslam, hilang pada 8 Maret 1998. Ia dikejar saat mengendarai mobil dikejar dan ditangkap di pintu Taman Mini Indonesia Indah.
  • Mugiyanto, hilang pada 13 Maret 1998. Ia diambil paksa di rumah susun Klender, Jakarta Timur.
  • Nezar Patria, hilang pada 13 Maret 1998. Ia diambil paksa di rumah susun Klender, Jakarta Timur.
  • Pius Lustrilanang, hilang pada 4 Februari 1998. Ia terakhir terlihat di RSCM, Jakarta Pusat.
  • Rahaja Waluya Jati, hilang pada 12 Maret 1998. Ia dikejar dan ditangkap di RSCM, Jakarta Pusat.

13 Korban yang masih hilang

  • Dedy Umar Hamdun, hilang pada 29 Mei 1997. ( Pengusaha, aktif di PPP dan dalam kampanye 1997 Mega-Bintang ) Ia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta Selatan.
  • Herman Hendrawan, hilang pada 12 Maret 1998. ( Aktivis SMID/PRD ) Ia terakhir terlihat di gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.
  • Hendra Hambali, hilang pada 14 Mei 1998. ( Siswa SMU ) Ia terakhir terlihat di Glodok Plaza, Jakarta Pusat.
  • Ismail, hilang pada 29 Mei 1997. ( Sopir Deddy Hamdun ) Ia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta Selatan.
  • M. Yusuf, hilang pada 7 Mei 1997. Ia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta Selatan.
  • Nova Al Katiri, hilang pada 7 Mei 1997. ( Pengusaha, aktivis PPP ) Ia terakhir terlihat di Jakarta.
  • Petrus Bima Anugrah, hilang pada 1 April 1998. ( Aktivis SMID/PRD ) Ia terakhir terlihat di Grogol, Jakarta Barat.
  • Sony, hilang pada 26 April 1997. ( Pendukung PDI Megawati ) Ia terakhir terlihat di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
  • Suyat, hilang pada 13 Februari 1998. ( Aktivis SMID/PRD ) Ia terakhir terlihat di Solo, Jawa Tengah.
  • Ucok Munandar Siahaan, hilang pada 14 Mei 1998. ( Mahasiswa Perbanas ) Ia terakhir terlihat di Ciputat, Tangerang Selatan.
  • Yani Afri, ia hilang pada 26 April 1997. ( Pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997 ) Ia terakhir terlihat di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
  • Yadin Muhidin, ia hilang pada 14 Mei 1998. ( Alumnus Sekolah Pelayaran ) Ia terakhir terlihat di Sunter Agung, Jakarta Utara
  • Wiji Thukul, hilang pada akhir 1998. ( Penyair aktivis JAKER/PRD ) Ia terakhir terlihat di Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur.

Memang bukan lagi menjadi topik yang ringan jika sudah bicara tentang keadilan, tapi jika tidak di perjuangkan apa kita akan terus diam dan lantas menerima begitu saja? Bergerak. Bergerak dari diri sendiri untuk memperjuangkan apa yang memang layak di perjuangkan. "Bergerak untuk memperjuangkan keadilan. karna kita sebagai manusia sudah selayaknya adil dalam fikiran maupun dalam tindakan"

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita dapat hari ini ada baiknya jika kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .


Sumber : 

0 komentar: